Agustus di Indonesia



           Mulai memasuki pertengahan bulan. Pertanda peringatan hari kemerdekaan akan segera digenderangkan. Kulihat kotaku Puwodadi,sudah bertebaran di pinggir jalan sang warna kebanggaan merah putih. Musim lomba 17’an sepertinya pun telah di mulai,saya melihatnya secara online dari postingan teman-teman di sosial media.
           


            Tahun ini,bangsa ini,sudah menginjak sebagai salah satu bangsa yang tua dalam memerdekakan nasibnya dari penjajahan bangsa lain. 70 tahun ialah usia yang tak bisa dikatakan ‘baru merdeka’ untuk sebuah umur. Diibaratkan usia manusia,di umur seperti inilah seorang manusia akan mulai mempersiapkan kematian dengan sebaik-baiknya. Eits... tapi bangsa tak mungkin bisa dikonotasikan dengan hal tersebut. Bangsa adalah sebuah hal yang terasa kompleks,bukan urusan yang sederhana. Maka tak salah jika para pendiri bangsa ini disebut sebagai pahlawan. Itu dikarenakan mereka telah mampu memulai mengurusi sebuah hal yang kompleks itu secara mandiri dengan pemikiran maupun tindakan mereka.
            Masyarakat banyak bilang meski negeri ini telah memproklamirkan diri sebagai sosok bangsa yang merdeka tetapi negeri ini tetap saja belum pernah mendapatkan kemerdekaan yang hakiki. Kemerdekaan yang benar-benar merdeka,bebas dari penderitaan dan semacamnya. Memang,hidup di zaman sekarang lebih menyenangkan dan nyaman dibanding tempo dulu semasa perang. Namun nyatanya penderitaan itu belum pernah usai.
Kemisikinan dan korupsi menjadi konteks yang saya perhatikan dibanding penderitaan yang lain. Mereka berdua ini saling berkorelasi dekat. Kemiskinan di Indonesia dapat diminimalisir jika para pejabat yang diberikan amanah oleh rakyat tidak terseret ke meja hijau dikarenakan kasus KKN (Korupsi,Kolusi,Nepotisme). Dan korupsi disebabkan pula para pejabat itu masih merasa ‘miskin’ dengan gaji dan tunjangan yang melimpah yang diberikan oleh negara. Jujur,hal ini benar-benar membuat saya prihatin. Mengapa mereka melakukan itu? Apakah mereka tak ingat saat mereka melantunkan sumpah jabatan? Apakah mereka sudah tak ingat Tuhan atau bahkan memang sudah tak mengenal-Nya? Padahal kalau melihat fasilitas yang mereka nikmati,mungkin sebagian rakyat negeri ini akan iri.

      Meski begitu,saya masih sangat bersyukur dengan bangsa yang punya ribuan pulau ini. Saya   bersyukur Tuhan melahirkan saya ke dunia di negera Indonesia. Bukan negara adidaya Amerika? Negera terisolasi Korea Utara? Atau yang tak pernah berhenti perang Palestina? Saya terlahir di negeri penuh dengan toleransi yakni Indonesia.
            Toleransi dengan produk otentik yang tak bisa diganggu gugat bernama Bhinneka Tunggal Ika. Yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Itulah semboyan bangsa ini yang tak boleh diubah hingga hari kiamat tiba. Lewat hal ini,berbagai agama,ras,suku,budaya,adat istiadat,dapat saling memahami arti dari sebuah perbedaan. Bagi saya,perbedaan di tanah air adalah hal terindah atau bahkan mukjizat yang diciptakan Tuhan kepada bangsa yang dilewati garis khatulistiwa ini. Bagaimana tidak? Lewat perbedaan di Indonesia saya bisa mengenal sosok manusia bermata sipit maupun berkulit hitam pekat,padahal saya tak pernah singgah di Asia Timur maupun benua Afrika.Tak hanya itu,saya bisa mendengar dan mengenal banyak bahasa di negeri ini. ‘Selamat’ bahasa Indonesia,’amsyong’ kaum Tionghoa,’awewek’ bahasa sunda,’au neko’ asli Nusa Tenggara,serta tak lupa ‘matursuwun’ dari Jawa. Hal ini menakjubkan bukan? Dan itu masih banyak lagi kalau dicari dan diteliti,sebab saya sendiri belum mengenal banyak tentang negeri yang kaya ini. Saya yakin tak ada yang bakal bisa menyaingi sejuta perbedaan yang indah milik Indonesia.
Toleransi di Indonesia bagi saya sungguh terasa kental. Bangsa ini begitu menjunjung keberagaman. Dari Sabang hingga Merauke,bangsa ini mencoba untuk selalu merangkulnya. Saling berpegangan untuk melangkah demi kemajuan. Ya meski jelas-jelas bangsa ini sadari bahwasannya pemerataan seluruh Indonesia sulit terrealisasi.
      Hal terindah lain yang patut untuk bangsa ini syukuri ialah alamnya. Hmm...jika bahas yang satu ini,saya jadi berpendapat kalau ‘surga memang telah jatuh ke bumi’. Dan saya kira hal itu tak dapat disangkal. Mengapa? Lihat saja potret alam megah milik Tuhan di Indonesia. Semua spot dimanapun,asal itu di Indonesia sudah dipastikan indah. Yah,meski saya sendiri mengakui kalau diri ini belum menjelajahi Indonesia lebih dalam. Saya hanya menyaksikannya dari tayangan televisi hehehe. Tapi,tetap ada niatan untuk melakukan itu. Terus berapa banyak wisatawan asing yang mengagumi Indonesia karna kekayaan alamnya? Lihat berita di tv saja,itu banyak sekali.
             Sayangnya dibalik itu semua,ada ironi yang tersembunyi. Sebuah ironi dimana bangsa ini tidak dapat menjaga kekakayaan alamnya sendiri. Banyak dari masyarakat Indonesia belum sadar akan arti pentingnya lingkungan. Masih banyak dari masyarakat yang masih membuang sampah tidak pada tempatnya,lebih memilih bahkan membeli kendaraan pribadi ketimbang kendaraan umum yang tak lain jadi sumber kemacetan di beberapa kota negeri ini. Itu yang sederhana dan yang saya ketahui,belum yang lain? Sudah saatnya bangsa ini secara menyeluruh sadar dan peduli akan hal itu. Jangan setengah-setengah,disebagian daerah saja. Jangan ada lagi oknum-oknum ‘yang salah’ dalam berkepentingan. Jika masih begitu,bangsa ini tak mungkin bisa menjaga tanah airnya sendiri dengan seutuhnya.

                   Terakhir,ingin saya sampaikan harapan-harapan saya tentang Indonesia. Saya berharap negeri ini semakin maju,terus berkembang,selalu mempunyai progress yang baik dalam tiap langkahnya.Saya berharap rakyat kian kuat dalam menyongsong tantangan masa depan,termasuk diri saya sendiri. Saya berharap bangsa ini bisa segera lepas dari yang namanya ketergantungan,dari siapapun itu? Mandiri,berusaha sendiri. Tentunya mensyukuri bangsanya sendiri. Saya banyak berharap dari Indonesia yang pada intinya sebuah hal yang baik dan baik terus untuk kedepannya. Terima kasih Indonesia. Dirgahayu Negera Kesatuan Republik Indonesia!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamatkan Lahan Gambut, Bencana Indonesia Surut

Desain Kartu Anggota Osis SMK N 1 Purwodadi